Pendidikan kewirausahaan
Dalam sejarah Islam sering diungkap bahwa Nabi Muhammad SAW. Sejak
usia kanak kanak sudah mulai bekerja dengan mengembala domba. Ketika mnginjak
usia remaja sampai menikah beliau terkenal sebagai pedagang yang sukses. Itu
semua tidak terlepas dari bimbingan paman dan kakek beliau serta lingkungan
yang mendukung atau situasi yang menuntut untk melakukan hal tersebut. Menurut
istilah sekarang keluarga Nabi Muhammad SAW. Telah menanamkan jiwa
kewirausahaan ke dalam diri Nabi Muhammad SAW. Sehingga dengan jiwa
kwirausahaan menimbulkan ingin berusaha di atas kaki sendiri , mengatur diri
sendiri, kreatif dan berani tampi beda dengan taktik atau strategi penjualan
yang berbeda dengan yang lain atau di luar kebiasaan yang dilakukan para pedagang
waktu itu.
Menurut penulis, penanaman jiwa kewirausahaan sangat perlu untuk
ditanamkan sejak dini, atau mulai sekolah dasar, agar tumbuh jiwa kemandirian
ketika mereka menginjak jenjang pendidikan berikutnya, seingga bisa meringankan
beban orang tua, bagi siswa yang kurang mampu. Dan bagi siswa yang orang tuanya
berkecukupan, maka akan mengurangi sipat manja yang ada dalam jiwa anak.
Penulis sangat setuju pada sekolah kejuruan yang mewajibkan siswanya untuk
menjual sebuah produk, tapi sayang masih kurang adanya pengawasan terhadap cara
penjualan siswa, tidak sedikit siswa yang pura pura habis laku terjual
dagangannya ,padahal mereka jual kepada orang tuanya sendiri dengan setengah
memaksa, yang penting habis. Tapi tidak sedikit adapula siswa yang tidak malu
malu menawarkan produknya di tempat tempat keramaian.
Berangkat dari keinginan untuk menanamkan jiwa kewirausahaan pada anak
didik, penulis mencoba menerapkan seperti yang dilakukan sekolah sekolah
kejuruan, yaitu dengan mendorong kepada siswa untuk menjual beberapa barang,
seperti alat alat tulis. Dorongan tersebut tidak bersipat memaksa tapi hanya
memotivasi, Alhamdulillah ada beberapa siswa yang melaksanakan. Ternyata ada
siswa yang mampu berinovasi, missal, minggu pertama dagang sorabi manis di
rumahnya tiap sore, setalah dirasa kurang peminat beralih berjualan baso goreng
( basreng), kemudian ganti dengan berjulan buku mewarnai ( lebih tepatnya
selembar kertas yang bergambar untuk diwarnai ), pernah juga berjualan keripik
singkong pedas, dan bila liburan sekolah yang agak panjang siswa tersebut
bekerja di warung nasi milik tetangganya. Bisnis yang ditekuni siswa tersebut
dijalani kurang lebih satu setengah semester.
Pada umumnya ketika setelah mendpat ijazah SMA, para siswa kemudian
pontang paanting memasukan lamaran lamaran, baik ke pabrik,supermarket,rumah
makan, hotel, dan masih banyak lagi. Bagi yang mampu, mereka meneruskan ke
perguruan tinggi. Jarang sekali yang lulus SMA langsung terjun menjadi
pedagang. Jadi pedagang adalah hal yang tidak direncanakan. Berdagang bila
sidah mentok, ditolak perusahaan perusaahan. Padahal jadi pedagang tidaklah
harus bermodal besar, bisa dimulai dengan dagang kecil kecilan di kaki lima
atau di tempat keramaian lainnya.
Untuk menanmkan jiwa kewirausahaan pada anak memerlukan lingkungan
yang mendukung baik dari keluarga, sekolah maupun masyarakat tempat para siswa
bergaul. Tapi semua hal itu tergantung niatnya masing masing. Bukankah kita
akan mendapatkan apa yang kita niatkan ? . semoga bermanfaat,
No comments:
Post a Comment